like fb

Thursday, 16 February 2012

Perayaan Maulid yang Anda Ketahui

Perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti yang anda ketahui adalah perayaan yang …

1.      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengamalkannya, begitu pula Al-Khulafa’ Ar-Rasiydun, para shahabat secara keseluruhan, tidak pula  para tabi’in sepeninggal mereka. Sedangkan mereka adalah orang yang paling mengerti dengan sunnah nabi-Nya, paling cinta kepada beliau, paling tunduk dan patuh terhadap syari’at yang dibawanya, dibandingkan generasi setelahnya. Kalau seandainya perayaan maulid termasuk dari kebaikan tentunya mereka akan mendahului kita dalam amalan ini.

2. Seperti yang telah anda ketahui bahwa yang memulai perayaan ini adalah Pemerintah daulah Al-Fathimiyyah Al-’Ubaidiyyah dari kalangan zindiq pada abad ke-empat hijriyah (memerintah tahun 357-567 H).

3.      Perayaan ini memiliki keserupaan dengan nashara yang mereka merayakan kelahiran ‘Isa bin Maryam ‘alaihissalam. Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang ummatnya untuk meniru, mencontoh, dan menyerupai, serta mengikuti kebiasaan Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi dan Nashara.

4.      Sesungguhnya dengan adanya hal-hal baru dalam syari’at, dengan adanya perayaan maulid, dipahami bahwa Allah subhanahu wata’ala belum menyempurnakan syariat-Nya bagi hamba-hamba-Nya, atau Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam belum menyampaikan semua risalah yang seharusnya diamalkan oleh ummatnya, begitu pula para shahabat belum menyampaikan kepada generasi setelahnya yang ini tentunya merupakan bentuk pengagungan, kecintaan, serta ketundukan mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إنه لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ .

“Tidaklah Allah mengutus seorang rasul-pun, kecuali wajib baginya untuk mengarahkan (membimbing) ummmatnya kepada kebaikan yang mereka ketahui bagi mereka” (HR. Muslim)[1]

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik para nabi, serta khatimun nabiyyin (penutup para nabi), sekaligus nabi yang paling sempurna dalam menyampaikan risalah-Nya dan nasehat kepada umatnya. Kalau perayaan maulid termasuk bagian dari Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pasti akan menjelaskan kepada umatnya, atau mengamalkannya semasa hidup beliau, demikian pula para shahabat radhiyallahu ‘anhum pasti akan mengadakan perayaan tersebut.

Dan janganlah anda mengatakan: “Rasulullah tidak mengamalkan acara maulid karena tawadhu’.” Ini adalah penghinaan serta pelecehan terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam karena ucapan seperti ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengurangi atau menyembunyikan satu perkara kebaikan kepada ummatnya, sungguh ini adalah sesuatu yang mustahil ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Di samping itu, ucapan seperti ini juga mengandung celaan kepada para shahabatnya -yang telah Allah ta’ala berikan tazkiyah (pujian) sebagaimana dalam firman-Nya- bahwa mereka telah mengurangi acara perayaan maulid atau mereka belum mengerti tentang amalan tersebut.

Maka bertakwalah kepada Allah, ambillah jalan-jalan (prinsip beragama) dari orang-orang sebelum kalian dari kalangan para shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

5.      Menghidupkan malam perayaan maulid tidaklah menunjukkan kecintaan seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berapa banyak anda saksikan dan anda dengar orang-orang yang menghidupkan malam perayaan ini, mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dari petunjuk Al-Mushthafa shallallahu ‘alaihi wasallam, banyak di antara mereka adalah orang-orang fasiq, fajir, melakukan riba, bermudah-mudahan dalam meninggalkan shalat lima waktu, menyepelekan sunnah nabi-Nya, baik secara zhahir (terang-terangan) maupun bathin (tersembunyi), dan juga mereka dikenal banyak melakukan kemaksiatan dan dosa serta bergelimang dengan amalan keji dan membinasakan.

Tanda kecintaan seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam harus dibuktikan dengan apa yang difirmankan Allah ta’ala dalam frman-Nya :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ.

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi kalian.” (Ali ‘Imran: 31)

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.

“Semua umatku akan masuk al-jannah (surga), kecuali orang yang enggan,” Para shahabat bertanya: “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah ?” Rasulullah menjawab: “Barang siapa yang yang menaatiku, maka dia akan masuk al-jannah, dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dia telah enggan.” (HR. Al-Bukhari)

Kecintaan yang jujur kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam harus dibuktikan dengan upaya untuk mengikuti dan berpegang teguh dengan petunjuknya, baik secara zhahir maupun bathin, menempuh jalannya, meneladani beliau dalam ucapan, perbuatan, sifat, dan akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seorang penyair berkata:

لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لأَطَعْتَهُ   لأَنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحَبُّ مُطِيْعٌ

Kalau kecintaanmu jujur, niscaya kamu akan menaatinya

Karena orang yang mencintai akan tunduk dan patuh kepada yang dicintai

6. Para ulama menyebutkan banyaknya kejelekan dan kemungkaran yang terjadi dari acara perayaan ini, Ini pun diakui pula oleh orang yang ikut dan hadir acara tersebut. Dan di antara kemungkaran yang terjadi pada perayaan ini adalah ucapan-ucapan yang mengandung kesyirikan dan ghuluw (berlebihan/melampaui batas) dalam menyanjung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka melantunkan beberapa bait syair yang diharamkan, meminta pertolongan, berdo’a dan memohon kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui ilmu ghaib seperti apa yang disebutkan dalam kitabQashidah Al-Bushiri

يَا أَكْرَمَ الْخَلْقِ مَالِيْ مَنْ أَلُوْذُ بِهِ               سِوَاكَ عِنْدَ حُدُوْثِ الْحَادِثِ الْعَمِمِ

فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّاتِهَا               وَمِنْ عُلُوْمِكَ عِلْمُ اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ

Wahai sebaik-baik manusia, kepada siapa lagi aku berlindung

Kecuali kepadamu, ketika terjadi musibah yang merata

Sesungguhnya di antara kedermawananmu adalah adanya dunia dan isinya

Dan sebagian pengetahuanmu, adalah ilmu Al-Lauh dan pena (taqdir)

Pada acara tersebut juga terjadi ikhtilath (campur baur) antara laki-laki dan perempuan, permainan alat musik, merokok, berlebihan dalam menyanjung wali-wali, dan banyak kemungkaran yang lainnya, sampai-sampai ada yang mengutamakan malam tersebut daripada malam Lailatul Qadr. Bahkan sebagian mereka mengkafirkan orang-orang yang tidak ikut merayakan perayaan maulid.

(Diterjemahkan secara ringkas dari Kitab Ash-Shufiyyah Fi Mizanil Kitabi Was Sunnah, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 44-47)

[1] Diriwayatkan Al Imam Muslim Bab Wujubul Wafa’ Bai’atil Khulafa’, (3431) juz 9/380, dari shahabt Abdullah bin Amr Al ‘Ash.

Mengungkap Rahasia TAHLILAN




Islam membimbing kita menyikapi sebuah kematian sesuai dengan hakekatnya yaitu amal shalih, tidak dengan hal-hal yang tidak berhubungan sama sekali dengan alam sana seperti kuburan mewah, bekal kubur yang berharga, tangisan yang membahana, maupun pesta besar-besaran.

Bila diantara saudara kita menghadapi musibah kematian, hendaklah sanak saudara menjadi penghibur dan penguat kesabaran, sebagaimana Rasulullah memerintahkan membuatkan makanan bagikeluarga yang sedang terkena musibah tersebut, dalam hadits:

“Kirimkanlah makanan oleh kalian kepada keluarga Ja'far, karena mereka sedang tertimpa masalah yang menyesakkan”.[1]
Namun ironisnya kini, justru uang jutaan rupiah dihabiskan tiap malam untuk sebuah selamatan kematian yang harus ditanggung keluarga yang terkena musibah. Rasulullah telah mengisyaratkan amal jariyah kita sebisa mungkin diprioritaskan untuk hal-hal yang produktif, bukan konsumtif; memberi kail, bukan memberi ikan; seandainya seorang pengemis diberi uang atau makanan, besok dia akan mengemis lagi; namun jika diberi kampak untuk mencari kayu, besok dia sudah bisa mandiri.

Juga amal jariyah yang manfaatnya awet seperti menulis mushaf, membangun masjid, menanam pohon yang berbuah (reboisasi; reklamasi lahan kritis), membuat sumur/mengalirkan air (fasilitas umum, irigasi), mengajarkan ilmu, yang memang benar-benar sedang dibutuhkan masyarakat.

Imam Syafi’i dan Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa bacaan al-Qur’an untuk si mayit tidak sampai karena tidak ada dalil yang memerintahkan hal tersebut, tidak dicontohkan Rasulullah dan para shahabat.

Akan tetapi di masyarakat kita, percaya ataupun tidak, selamatan kematian/tahlilan telah dianggap melebihi kewajiban- kewajiban agama. Orang yang meninggalkannya dianggap lebih tercela daripada orang yang meninggalkan sholat, zakat, atau kewajiban agama yang lain. Sehingga banyak yang akhirnya memaksakan diri karena takut akan sanksi sosial tersebut. Mulai dari berhutang, menjual tanah, ternak atau barang berharga yang dimiliki, meskipun di antara keluarga terdapat anak yatim atau orang lemah.

Imam Syafi'i rahimahullah dalam kitab al-Umm berkata:
"...dan aku membenci al-ma'tam, yaitu proses berkumpul (di tempat keluarga mayat) walaupun tanpa tangisan, karena hal tersebut hanya akan menimbulkan bertambahnya kesedihan danmembutuhkan biaya, padahal beban kesedihan masih melekat." (al-Umm (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1393) juz I, hal 279)

Namun ketika Islam datang ke tanah Jawa ini, menghadapi kuatnya adat istiadat yang telah mengakar. Masuk Islam tapi kehilangan selamatan-selamatan, seperti beratnya masyarakat Romawi disuruh masuk Nasrani tapi kehilangan perayaan kelahiran anak Dewa Matahari 25 Desember.

Tapi Umat Islam bukanlah Umat Nasrani
Mengutip naskah kuno tentang jawa yang tersimpan di musiumLeidenSunan Ampel memperingatkan Sunan Kalijogo yang masih melestarikan selamatan tersebut:“Jangan ditiru perbuatan semacam itu karena termasuk bid'ah”.

Tahukah pembaca apa jawaban Sunan Kalijogo ??
“Biarlah nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam di hati masyarakat yang akan menghilangkan budaya tahlilan itu”. (dan berbahagialah anda yang termasuk dalam generasi yang dimaksud Sunan Kalijogo itu)

Sunan Ampel berpandangan lain: “Apakah tidak mengkhawatirkannya di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam? Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah?”Sunan kudus menjawabnya bahwa ia mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari akan ada yang menyempurnakannya. (hal 41, 64). Dan keyakinan Sunan Kudus itu terbukti dengan munculnya generasi pilih tanding yang berniat menghilangkan kebiasaan tersebut.

Dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, para Wali dibagi menjadi tiga wilayah garapan. Pembagian wilayah tersebut berdasarkan obyek dakwah yang dipengaruhi oleh agama yang masyarakat anut pada saat itu, yaitu Hindu dan Budha.

Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati dan terutama Sunan Giri berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan ajaran Islam secara murni, baik tentang aqidah maupun ibadah di wilayah Timur & Barat. Dan mereka menghindarkan diri dari bentuk singkretisme ajaran Hindu dan Budha.

Tetapi sebaliknya Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga mencoba menerima sisa-sisa ajaran Hindu dan Budha di dalam menyampaikan ajaran Islam di wilayah tengah. Sampai saat ini budaya itu masih ada di masyarakat kita, seperti sekatenan, ruwatan, shalawatan, tahlilan, upacara tujuh bulanan dll.

Nasehat Sunan Bonang
Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen “Het Book van Mbonang”[2] adalah peringatan dari sunan Mbonang kepada umat untuk selalu bersikap saling membantu dalam suasana cinta kasih, dan mencegah diri dari kesesatan dan bid’ah. Bunyinya sebagai berikut:

“Ee..mitraningsun! Karana sira iki apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid’ah“.

Artinya: “Wahai saudaraku! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu. Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan bid’ah.[3]

Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H/21 Oktober 1926 mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan menyatakan bahwa selamatan kematian adalah bid'ah yang hina merujuk kepada Kitab Ianatut Thalibin.

Namun Nahdliyin generasi berikutnya menganggap pentingnya tahlilan tersebut sejajar (bahkan melebihi) rukun Islam/Ahli Sunnah wal Jama’ah. Sekalipun seseorang telah melakukan kewajiban-kewajiban agama, namun tidak melakukan tahlilan, akan dianggap tercela sekali, bukan termasuk golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah.

Jangan heran, saat sekaranglah pengikut sunnah seperti orang 'aneh & asing di negeri sendiri, begitu banyaknya orang Islam yang meninggalkan kewajiban agama tanpa rasa malu, seperti meninggalkan Sholat Jum'at, puasa Romadhon,dll. Sebaliknya masyarakat begitu antusias melaksanakan tahlilan ini, dan ini hanya bisa dibaca oleh orang yang bukan sekedar MEMILIKI AKAL tetapi juga MEMPERGUNAKAN AKALNYA itu.

Keterangan lebih lengkapnya lihat dalam Kitab I'anatut ThalibinJuz 2 hal. 165 -166. Terjemahan kalimat di dalam Kitab I'anatut Thalibin :
1. Ya, apa yang dikerjakan orang, yaitu berkumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu, adalah termasukBID'AH (Mungkar), yang bagi orang yang melarangnya akan diberi pahala.

2. Dan apa yang telah menjadi kebiasaan, ahli mayit membuat makanan untuk orang-orang yang diundang datang padanya, adalah Bid'ah yang paling dibenci.

3. Dan tidak diragukan lagi bahwa melarang orang-orang untuk melakukan Bid'ah Mungkarah itu (Haulan/Tahlilan : red) berarti menghidupkan Sunnah, mematikan Bid'ah, membuka banyak pintu kebaikan, dan menutup banyak pintu keburukan.

4. Dan dibenci bagi para tamu memakan makanan keluarga mayit, karena telah disyari'atkan tentang keburukannya, dan perkara itu adalah Bid'ah. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang Shahih, dari Jarir ibnu Abdullah, berkata : "Kami menganggap berkumpulnya manusia di rumah keluarga mayit dan dihidangkan makanan , adalah termasuk Niyahah (meratap)"

5. Dan dibenci menyelenggarakan makanan pada hari pertama, ketiga, dan sesudah seminggu dst.

"al-Khara'ithy mendapat keterangan dari Hilal bin Hibban r.a, beliau berkata: 'Penghidangan makanan oleh keluarga mayit merupakan bagian dari perbuatan orang-orang jahiliyah'. kebiasaan tersebut oleh masyarakat sekarang sudah dianggap sunnah, dan meninggalkannya berarti bid'ah, maka telah terbalik suatu urusan dan telah berubah suatu kebiasaan'. (al-Aqrimany dalam al-Mawa'idz; Pangrodjong Nahdlatoel 'Oelama Tasikmalaya, Th. 1933, No. 18, hal.286).

Al Mawa'idz merupakan sebuah nama bagi majalah yang dikelola oleh organisasi Nahdatul Ulama Tasikmalaya, terbit sekitar pada tahun 30-an. Di dalam majalah ini, pihak NU (yang biasa dikenal sebagai pendukung acara tahlilan) ternyata menyatakan sikap yang sebenarnya.............MENOLAK. Berikut kutipannya :

Tjindekna ngadamel rioengan di noe kapapatenan teh, ngalanggar tiloe perkara :
1. Ngabeuratkeun ka ahli majit; enja ari teu menta tea mah, orokaja da ari geus djadi adat mah sok era oepama henteu teh . Geura oepama henteu sarerea mah ?
2. Ngariweuhkeun ka ahli majit; keur mah loba kasoesah koe katinggal maot oge, hajoh ditambahan.
3. Njoelajaan Hadits, koe hadits mah ahli majit noe koedoe di bere koe oerang, ieu mah hajoh oerang noe dibere koe ahli majit.

Kesimpulannya mengadakan perjamuan di rumah keluarga mayat yang sedang berduka cita, berarti telah melanggar tiga hal :

1. Membebani keluarga mayat, walaupun tidak meminta untuk menyuguhkan makanan, namun apabila sudah menjadi kebiasaan, maka keluarga mayat akan menjadi malu apabila tidak menyuguhkan makanan. Tetapi coba kalau semua orang tidak melakukan hal serupa itu ?

2. Merepotkan keluarga mayat, sudah kehilangan anggota keluarga yang dicintai, ditambah pula bebannya.

3. Bertolak belakang dengan hadits. Menurut hadits justru kita tetangga yang harus mengirimkan makanan kepada keluarga mayat yang sedang berduka cita, bukan sebaliknya.

Kemudian ditempat lain :
Tah koe katerangan Sajjid Bakri dina ieu kitab I'anah geuning geus ittifaq oelama-oelama madhab noe 4 kana paadatan ittiehadz tho'am (ngayakeun kadaharan) ti ahli majit noe diseboetkeun njoesoer tanah, tiloena, toejoehna dj.s.t. njeboetkeun bid'ah moenkaroh.

Nah, berdasarkan keterangan Sayid Bakr di dalam kitab I'anah tersebut, ternyata para ulama dari 4 mazhab telah menyepakati bahwa kebiasaan keluarga mayit mengadakan perjamuan yang biasa disebut dengan istilah Nyusur Tanah, tiluna (hari ketiganya), tujuhnya (hari ketujuhnya), dst, merupakan perbuatan bid'ah yang tidak disukai agama.

Melalui kutipan-kutipan tersebut, diketahui bahwa sebenarnya yang menghukumi bid'ah mungkarah itu ternyata ULAMA ULAMA AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH, bukan hanya majalah Attobib, Al Moemin, Al Mawa'idz. Para Pendiri Nahdliyin sendiri tidak tahu siapa yang menghukumi sunnat, apakah Ahlu Sunnah wal Jama'ah atau bukan ?

Demikian isi majalah tersebut. [Al Mawa'dz; Pangrodjong Nahdlatoel Oelama Tasikmalaya (Tasikmalaya: Nahdlatoel Oelama, 1933)]

Kita tidaklah akan lepas dari kesalahan, termasuk kesalahan akibat ketidaktahuan, ketidaksengajaan, maupun ketidakmampuan. Namun jangan sampai kesalahan yang kita lakukan menjadi sebuah KEBANGGAAN. Baik yang menghukumi haram maupun makruh, sebagaimana halnya rokok, tahlilan, dll selayaknya diusahakan untuk ditinggalkan............Bukan DI BELA-BELA & MALAH DILESTARIKAN

Pertanyaannya :
1. Apakah Tahlilan [Selamatan Kematian] di dalamnya terkandung ibadah ?
2. Termasuk dalam hukum yang mana Tahlilan tersebut ?

Jawab :
1. Karena didalamnya ada pembacaan do'a, baca Yasin, baca sholawat, baca Al Fatikhah, maka ia termasuk ibadah. Tetapi Hukum asal ibadah adalah "haram" dan "terlarang" sebelum ada perintah. Kalau Allah dan Rasulullah saja tidak memerintahkan, maka siapa yang memerintahkan ? Apakah yang memerintahkan lebih hebat daripada Allah dan Rasulullah

2. Jika hukumnya "wajib", maka bila dikerjakan berpahala, bila tidak dikerjakan maka berdosa. Maka bagi negara lain yang penduduknya beragama Islam, mereka terhukum berdosa karena tidak mengerjakan. Ternyata tahlilan hanya di lakukan di sebagian negara di Asia Tenggara saja coba ?

3. Wajibkah Tahlilan ? Ternyata tidak, karena tidak ada perintah Allah dan Rasul untuk melakukan ritual tahlilan (Selamatan Kematian : red)

4. Sunnahkah Tahlilan ? Ternyata ia bukan sunnah Rasul, sebab Rasulullah sendiri belum pernah mentahlili istri beliau, anak beliau dan para syuhada.

5. Kalau seandainya hukumnya Mubah, maka untuk apa dikerjakan, sebab ia tidak mempunyai nilai (tidak ada pahala dan dosa, kalau dikerjakan atau ditinggalkan). Sudah buang-buang uang dan buang-buang tenaga, tetapi tidak ada nilainya.

Ibn Abbas r.a berkata: "Tidak akan datang suatu zaman, kecuali pada zaman itu semua orang mematikan sunnah dan menghidupkan bid'ah, hingga matilah sunnah dan hiduplah bid'ah. tidak akan ada orang yang berusaha mengamalkan sunnah dan mengingkari bid'ah, kecuali orang tersebut diberi kemudahan oleh Allah di dalam menghadapi segala kecaman manusia yang diakibatkan karena perbuatannya yang tidak sesuai dengan keinginan mereka serta karena ia berusaha melarang mereka melakukan apa yang sudah dibiasakan oleh mereka, dan barangsiapa yang melakukan hal tersebut, maka Allah akan membalasnya dengan berlipat kebaikan di Akhirat".(al- Aqriman y hal 315 dalam al-Mawa'idz; Pangrodjong Nahdlatoel 'Oelama Tasikmalaya, Th. 1933, No. 18, hal.286)

Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat, bila ada kesalahan mohon maaf dan koreksinya. Sampaikanlah kepada saudara-saudara kita sebagai upaya untuk memperbaiki umat Islam ini

[1](HR Abu Dawud (Sunan Aby Dawud, 3/195), al-Baihaqy (Sunan al-Kubra, 4/61), al-Daruquthny (Sunan al-Daruquthny, 2/78), al-Tirmidzi (Sunan al-Tirmidzi, 3/323), al- Hakim (al-Mustadrak, 1/527), dan Ibn Majah (Sunan Ibn Majah, 1/514)

[2] Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai sebagai dokumen asli dan valid, yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Dari dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti. Diantaranya thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816, dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881, Dr. Da Rinkers tahun 1910, dan Dr. Pj Zoetmulder Sj, tahun 1935.

[3] Dari info Abu Yahta Arif Mustaqim, pengedit buku Mantan Kiai NU Menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah Para Wali hlm. 12-1

7 Penemuan yang Diharapkan Tidak Ditemukan




1. Mobil Terbang

Awalnya saya juga berpikir bahwa Mobil Terbang adalah hal yang patut dimiliki di masa depan. Kenapa? Karena hal ini mungkin bisa memecahkan masalah kemacetan yang sering kita alami di jalanan, itulah saat-saat yang menyebalkan, benar bukan?

TETAPI...
Salah. Mobil Terbang hanya akan menambah banyak masalah jika ditemukan. Masalah-masalah itu diantaranya: bagaimana membuat jalur kendaraannya di udara,, bagaimana peraturan-peraturan yang harus ditetapkan,, dan bayangkan bagaimana tingkat kecelakaannya jika ada banyak kendaraan berterbangan di udara, ditambah lagi,, bayangkan polusi dan tingkat keborosannya, terutama bahan bakar yang harus digunakan.

2. Pembekuan Cryogenic (Cryogenic freezing)

Nah, ini adalah teknologi medis yang saat ini sebenarnya sudah mulai dikembangkan. Setiap tahun, puluhan orang dipilih untuk dibekukan, kemudian dicairkan kembali dengan harapan kemajuan medis ini dapat menyembuhkan penyakit yang mereka miliki, proses ini telah dilakukan dalam beberapa dekade. Hebat bukan?


TETAPI...
Salah. Nah, anggaplah bahwa benar setiap orang bisa disembuhkan, dan bisa hidup selamanya. Kemudian, apa yang akan terjadi dengan Populasi yang ada di dunia? Bayangkan jika tidak satupun dari kita akan meninggal, bagaimana overpopulasi yang akan terjadi.

3. Kecerdasan Buatan


Beberapa film dan buku sering sekali membahas robot, benda yang bisa melayani dan mengerjakan apa saja untuk kita, dan hal ini menjadi sesuatu yang sangat kita impikan dan menakjubkan bukan di mata kita?


TETAPI..
Salah. Bayangkan jika robot itu sudah ada. Kemudian, setiap tahun akan berkembang dengan prosesor yang lebih tinggi dua kali lipat, tapi ukurannya dan harganya setengah kali lebih kecil. Itu artinya, dalam waktu 20 puluh tahun, kita sdh bisa membeli sebuah robot yang lebih cerdas dari otak manusia seharga 1$. Sekarang, siapa yang merupakan spesies yang superior?

4. Prediksi Masa Depan

Bukankah hebat jika ditemukan sebuah alat yang mampu memprediksikan masa depan? Misalnya peperangan, bukankah hebat jika kita bisa memprediksi peperangan dan menyelesaikannya?

TETAPI...
Salah. Misalkan Amerika sudah menemukan alat yang mampu memprediksi masa depan. Dengan alat itu, diprediksi bahwa China akan membom Los Angeles. Maka, Amerika akan mengatasinya dengan memerangi China lebih dulu… Kemudian, China membalis balik dengan menyerang Amerika.. Nah,, lho?? Inilah dia malapetaka sebenarnya, karena ternyata ramalan menjadi benar terjadi,, dan justru terjadi akibat alat prediksi masa depan.

5. Alat Teleportasi

Bayangkan jika kita bisa ke Eropa pada hari Sabtu dengan cepat, kemudian bersenang-senang, dan balik lagi besok harinya, yaitu hari Minggu dengan cepat pula… Sungguh alat yang menakjubkan bukan?

TETAPI...
Salah. Bayangkan jika seorang teroris bisa ke Istana Negara dengan cepat, kemudian meletakkan bom, kemudian pergi lagi dengan cepat pula… Nah, lho? Bagaimana? Anggaplah bisa diatasi dengan sejumlah protocol keamanan. Masalah selanjutnya adalah, bayangkan bahwa alat ini bekerja dengan memecah atom2 kita, kemudian menyatukannya kembali di tempat destinasi. Nah, jika alat ini diproduksi dengan banyak, artinya dibuat dengan copy dari copyan alat yang sudah ada, maka sudah pasti kualitas barang itu sudah jauh berkurang dari aslinya. Bayangkan jika sedikit saja atom dari rambut kita, atau jari kita menjadi hilang atau salah, nah bakal berubah jadi apa kita di tempat destinasi? 

6. Alat Replikasi

Bayangkan jika kita bisa melakukan replikasi dengan Alat ini, maka tidak akan ada lagi kelaparan di dunia, krisis energi, dan kebutuhan obat untuk medis akan selalu ada.. Hebat Bukan?

TETAPI..
Salah. Bayangkan yang dibutuhkan hanya satu Replicator ini, dengan alat ini apapun benda absolute yang kita miliki bisa di replikasi. Nah, tak akan dibutuhkan lagi yang namanya uang. Sebab, kita bisa mereplikasi pizza sebelum menghabiskannya, begitu juga dengan benda lainnya. Maka, akhir dunia yang akan terjadi adalah setiap orang bisa menciptakan benda apapun di dunia. Nah,, lho?? Hidup seperti apa kya gini??

7. Mesin Waktu

Bayangkan jika kita bisa meloncat kesana kemari sesuka hati pada berbagai masa yang berbeda,, baik itu masa lalu, masa sekarang ataupun masa depan. Hebat bukan?


TETAPI...
Salah. Misalkan Anda bisa melakukan perjalanan ke 40 tahun yang lalu, dan bertemu dengan seorang wanita cantik. Lalu, (maaf), Anda berhubungan seks dengan wanita itu. Kemudian, Anda loncat lagi ke masa depan, dan ternyata wanita di masa lalu itu adalah wanita yang melahirkan Ayah Anda… Nah, lho??? Bagaimana tu??
Banyak lagi deskripsi lainnya,, karena perubahan kecil di masa lalu, bisa merubah banyak hal di masa depan… Tapi, saya rasa ini saja cukup..