like fb

Saturday 28 May 2011

Kesempatan emas mengakuratkan arah kiblat kita

Kiblat adalah hal utama yang harus diperhatikan sebelum shalat. Sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah: 149, yang artinya, “Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan” .

Dengan ini, maka penentuan arah kiblat yang benar dalam shalat adalah hal yang penting untuk diperhatikan.
 tanggal 28 Mei 2011 pukul 16:18 WIB insya Allah akan ada peristiwa “Istiwa A’dhom” (Matahari di atas Ka’bah), yang sangat bermanfaat untuk menentukan maupun mencocokkan arah Kiblat yang akurat dengan cara sederhana.
Dalam ilmu falaq (astronomi), peristiwa itu dikenal dengan ‘yaumu rashdil qiblah’ (Qiblat Day, hari untuk mencocokkan arah Kiblat), karena matahari tepat berada di atas Ka’bah. Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT, dalam setahun akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A’dhom (Matahari di atas Ka’bah).
Berdasarkan data falaqiyah Kementerian Agama (Kemenag), Majelis Ulama Indonesia (MUI), PP Muhammadiyah dan PB Nadhlatul Ulama, yaumu rashdil-qiblah tahun 2011 ini terjadi dua kali, yaitu Sabtu 28 Mei 2011 pukul 16:18 WIB dan Sabtu 16 Juli 2011 pukul 16:27 WIB.
Besok Sabtu 28 Mei 2011 matahari akan tepat berada di atas Ka’bah pada pukul 12:27 waktu Saudi, bertepatan dengan pukul 16:18 WIB atau 17.18 WITA di Indonesia. Ketika matahari istiwa (berada) di atas Ka’bah, maka secara otomatis bayang-bayang objek tegak di seluruh dunia akan lurus ke arah Kiblat. Karena kedudukan matahari di atas Ka’bah yang menyebabkan bayangan tegak di seluruh dunia searah Kiblat.
Maka besok Sabtu pukul 16:18 WIB, di daerah mana pun yang mampu menerima sinar matahari pada jam itu, umat Islam bisa menera arah Kiblat dengan sederhana namun terjamin akurasinya. Arah lawan bayangan itulah arah Kiblat berada, karena jam itu posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah.
Menurut Kementerian Agama (Kemenag), pengukuran arah Kiblat yang memanfaatkan Rashdul Qiblat berpedoman matahari adalah navigasi yang telah Allah SWT berikan sejak dahulu. Sebab pada tanggal 27 atau 28 Mei jam 16:18 WIB, dan 15 atau 16 Juli jam 16:28 WIB, posisi matahari tepat berada di atas Ka`bah. Sehingga bayang-bayang benda dipermukaan bumi pada jam tersebut, mengarah ke Ka`bah.
“Jika arah tersebut telah kita temukan, berdasarkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka hasil tersebut merupakan ijtihad yang wajib dipergunakan,” kata Sekjen Kemenag Bahrul Hayat Ph.D mewakili Menteri Agama saat membuka acara Sosialisasi Arah Kiblat Tingkat Nasional, Senin (15/3) di Jakarta.
Cara sederhana mengukur arah kiblat dengan tepat:
1. Penentuan arah Kiblat menggunakan fenomena Istiwa A’dhom hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa itu terjadi (Sabtu tanggal 28 Mei 2011 WIB pukul 16:18 WIB atau 17.18 WITA; dan Sabtu 16 Juli 2011 pukul 16:27 WIB atau 17.27 WITA), dapat melihat matahari secara langsung.
2. Siapkan jam atau arloji yang sudah dicocokkan (dikalibrasi) waktunya secara tepat sesuai dengan radio, televisi, internet atau telepon ke 103.
3. Tentukan lokasi masjid, musholla, surau atau rumah yang akan diluruskan arah Kiblatnya. Lokasi boleh di dalam maupun di luar ruangan, yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapat sinar matahari saat peristiwa Istiwa A’dhom (matahari di atas Ka’bah) sedang berlangsung.
4. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
5. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat), atau pasang benang lengkap dengan bandul dan penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
6. Jika telah tiba saat Istiwa A’dhom, amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Pada bayangan tersebut, berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah Kiblat yang sebenarnya
7. Agar tera arah Kiblat itu bisa menggunakannya di tempat lain, dapat pula kita melukiskan bayangan tersebut di atas kertas, lalu kita cocokkan arah mata anginnya dengan kompas.
8. Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah Kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah Kiblat. Maka setelah garis arah Kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.
9. Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla atau surau saja yang perlu diluruskan arah Kiblatnya. Mungkin Kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah Kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
10. Jika anda khawatir gagal karena Matahari terhalang oleh mendung (atau kendala lainya), maka toleransi pengukuran dapat dilakukan pada H-2 hingga H+2 (tanggal 27 sd 29 Mei 2011 dan tanggal Juli 2010), dengan cara menambah 3 menit perhari sesudahnya (tanggal 17-18 Juli), dan mengurangi 3 menit per hari sebelumnya (tanggal 15-17 Juli 2011).
11. Tetapi bagaimana jika lokasi kita berada di daerah WIT yang tentu saja matahari telah terbenam ketika peristiwa itu berlangsung? Jangan khawatir, karena masih ada kesempatan untuk melakukan pengukuran yakni pada tanggal 28 November pukul 00.09 waktu Arab atau 06.09 WIT dan peristiwa yang sama akan terulang pada tanggal 17 Januari pukul 00.29 waktu Arab atau 06.29 WIT. Karena pada waktu tersebut matahari terletak di antipode atau nadir (tepat berada di bawah ka’bah).


No comments:

Post a Comment